Senin, 21 Desember 2009

praktikum genetika

LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA TUMBUHAN
TEORI KEMUNGKINANAN DAN PENGUJIAN RASIO GENETIK

Oleh:

Nama : A’dzjio Ceae
NIM : 07460877
ingat Allah. Ingat Nabi
(IAIN)
Syekh Nurjati

I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Terbentuknya individu hasil perkawinan yang dapat dilihat dalam wujud fenotip, pada dasarnya hanya merupakan kemungkinan-kemungkinan pertemuan gamet jantan dan gamet betina. Keturunan hasil suatu perkawinan atau persilangan tidak dapat dipastikan begitu saja, melainkan hanya diduga berdasarkan peluang yang ada. Sehubungan dengan itu, peranan teori kemungkinan sangat penting dalam mempelajari genetika.
Untuk mengevaluasi suatu hipotesis genetik diperlukan suatu uji yang dapat mengubah deviasi – deviasi dari nilai – nilai yang diharapkan menjadi probabilitas dari ketidaksamaan demikian yang terjadi oleh peluang. Uji ini harus pula memperhatikan besarnya sampel dan jumlah peubah (derajat bebas).
Uji ini dikenal sebagai uji X2 (Chi Square Test). Dalam ilmu genetika, kemungkinan ikut mengambil peranan penting. Misalnya mengenai pemindahan gen-gen dari induk atau orang tua ke gamet-gamet, pembuahan sel telur oleh spermatozoon, berkumpulnya kembali gen-gen di dalam zigot sehingga dapat terjadi berbagai acam kombinasi.
Teori kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah yang diharapkan dari tipe-tipe persilangan genotipe yang berbeda. Penggunaan teori ini memungkinkan kita untuk menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu dari persilangan tersebut.
Metode chi-kuadrat adalah cara yang dapat kita pakai untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh dari persilangan-persilangan dengan hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara teoritis. Dengan cara ini seorang ahli genetika dapat menentukan suatu nilai kemungkinan untuk menguji hipotesis itu.

B.Tujuan

1.Membuat batasan kemungkinan dan menghitung kemungkinan terjadinya suatu peristiwa.
2.Mempelajari kombinasi kemungkinan apabila suatu peristiwa tidak dapat terjadi bersama-sama (mutually exclusive) dan berdiri sendiri (independent).
3.Menjelaskan metode chi-kuadrat dan peggunaanya. Menjelaskan dasar-dasar untuk menerima atau menolak hipotesis.
4.Membicarakan penggunaan chi-kudrat untuk menguji homogenitas.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Probabilitas atau istilah lainnya kemungkinan, kebolehjadian, peluang dan sebagaimya umumnya digunakan untuk menyatakan peristiwa yang belum dapat dipastikan. Dapat juga digunakan untuk menyatakan suatu pernyataan yang tidak diketahui akan kebenarannya, diduga berdasarkan prinsip teori peluang yang ada. Sehubungan dengan itu teori kemungkinan sangat penting dalam mempelajari genetika. Kemungkinan atas terjadinya sesuatu yang diinginkan ialah sama dengan perbandingan antara sesuatu yang diinginkan itu terhadap keseluruhannya ( Suryo, 1984 ). Kemungkinan peristiwa yang diharapkan ialah perbandingan dari peristiwa yang diharapkan itu dengan segala peristiwa yang mungkin terjadi terhadap suatu obyek ( Yatim, 1991).
Ada beberapa dasar – dasar teori kemungkinan, yaitu :
1.Kemungkinan atas terjadinya sesuatu yang diinginkan ialah sama dengan perbandingan antara sesuatu yang diinginkan itu terhadap keseluruhannya.
2.Kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau lebih, yang masing – masing berdiri sendiri ialah sama dengan hasil perkalian dari besarnya kemungkinan untuk peristiwa – peristiwa itu.
3.Kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau lebih, yang saling mempengaruhi ialah sama dengan jumlah dari besarnya kemungkinan untuk peristiwa – peristiwa itu.
Dalam ilmu genetika teori kemungkinan ikut berperan penting, misalnya mengenai pemindahan gen-gen dari induk/orang tua/parental ke gamet-gamet, pembuahan sel telur oleh spermatozoon, bekumpulnya kembali gen-gen di dalam zigot sehingga dapat terjadi berbagai macam kombinasi. Untuk mengevaluasi suatu hipotesis genetik diperlukan suatu uji yang dapat mengubah deviasi-deviasi dari nilai-nilai yang diharapkan menjadi probabilitas dan ketidaksaman demikian yang terjadi oleh peluang. Uji ini harus memperhatikan besarnya sampel dan jumlah peubah (derajad bebas). Uji ini dikennal sebagai uji X2 (Chi Square Test).
Uji chi-kuadrat atau chi-square digunakan untuk menguji homogenitas varians beberapa populasi atau merupakan uji yang dapat mengubah deviasi dari nilai-nilai yang diharapkan menjadi probabilitas dari ketidaksamaan demikian yang terjadi oleh peluang dan harus memperhatikan besarnya sampel dan besarnya peubah (derajat bebas).
Manfaat uji chi-kuadrat adalah:
a. Menguji proporsi untuk data multinom
b. Menguji kesamaan rata-rata distribusi Poisson
c. Menguji independen antara dua faktor di dalam daftar kontingensi B x K
d. Menguji kesesuaian antara data hasil pengamatan dengan model distribusi dari mana data itu diduga di ambil, dan
e.Menguji model distribusi berdasarkan data hasil pengamatan.


III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Pensil
2. Penggaris
3. Kalkulator
4. Kalkulator

B. Bahan
6 keping uang logam


IV. PROSEDUR KERJA
1.Satu mata uang dilempar, lalu dicatat hasilnya (angka atau gambar). Pelemparan dilakukan sebanyak 50x dan 100x. Hasilnya dianalisa dengan uji X².
2.Melakukan hal yang sama untuk kasus 2 keping uang logam yang dilempar sekaligus serta kasus 3 keping uang logam yang dilempar sekaligus.
3.Mencatat semua data pengamatan pada lembar pengamatan kemudian dianalisa dengan uji X2.

V. HASIL PENGAMATAN
A.Lemparan 1 keping uang logam
a.50 kali pelemparan
Diperoleh A = 29, G = 21
A
G
Σ
Observasi (O)
29
21
50
Harapan (E)
50
-1
(3,5)2 =
(-4,5)2 =
32,5
1,3
X2 hitung
0,49
0,81
1,3

X2 tabel = 3,84
Kesimpulan : X2 hitung < tabel =" 1,3" a =" 51," g =" 49" tabel =" 3,84" tabel =" 0,05" aa =" 10," ag =" 30," gg =" 10" ag =" GA" 5 =" -2,5" 25 =" 5" 5 =" -2,5" 2 =" (-2,5)2" tabel =" 5,99" tabel =" 2" aa =" 23," ag =" 48," gg =" 29" ag =" GA" 25 =" -2" 50 =" -2" 25 =" 4" 2 =" (4)2" tabel =" 5,99" tabel =" 0,88" aaa =" 1," aag="GAA="AGA" gag="AGG="GGA" ggg =" 9" aag =" GAA" gag =" AGG" 25 =" -5,25" 75 =" -3,75" 75 =" 6,25" 25 =" 2,75" 2 =" 27,56" x2tabel =" 7,82"> X2tabel = 8,450> ditolak7,82
Sehingga lemparan tidak sesuai perbandingan 1:3:3:1

b.100 kali pelemparan
Dihasilkan : AAA = 12, AAG=GAA=AGA = 36, GAG=AGG=GGA = 40, GGG = 12

AAA
AAG = GAA = AGA
GAG = AGG = GGA
GGG
Σ
Observasi (O)
12
36
40
12
100
Harapan (E)

100

12– 12,5 = -0,5
36 – 37,5 = -1,5
40 – 37,5 = 2,5
12 –12,5 = -0,5
0

(-0,5)2 = 0,25
15,00
0,807
X2 hitung
0,807

X2tabel = 7,82
Kesimpulan : X2hitung < x2tabel =" 0,807<" p="½." q="½+½="1" kemungkinan =" Peristiwa" e=" hasil" d=" deviasi" g =" 1"> X2tabel. Sedangkan pad pelemparan tiga uang logam sebanyak 100 x lemparan diperoleh data yang signifikan dengan: X2hitung < aag="GAA="AGA" gag="AGG="GGA" ggg =" 1" ag =" GA" ag=" 2" 2n="8)"> 1,5 adalah betina super.
Apabila X/A = 1,0 adalah betina.
Apabila X/A = 0,75 adalah interseks
Apabila X/A = 0,5 adalah jantan
Apabila X/A < 0,5 adalah jantan super.
Lalat Drosphila mempunyai beberapa kelainan-kelainan yaitu terdiri dari:
1. Lalat ginandromorf adalah lalat yang separuh tubuhnya terdiri dari jaringan lalat betina sedangkan separuh lainnya terdiri dari jaringan lalat jantan. Lalat ini tidak mempunyai formula kromosom.
2. Lalat interseks adalah lalat yang jaringan tubuhnya merupakan mosaik (campuran yang tak teratur) dari jaringan lalat betina dan jantan. Lalat ini steril.
3. Lalat jantan super adalah lalat yang sebenarnya akan menjadi lalat jantan akan tetapi triploid (3n) untuk autosomnya (3AAAXY) dan steril.
4. Lalat dengan kromosom X yang melekat adalah lalat betina tetapi kedua kromosom X saling melekat pada salah satu ujungnya.
Lalat Drosophila melanogaster normal ( tipe liar ) adalah lalat Drosophila yang ditemukan di alam yang memiliki fenotip dengan karakteristik yang telah ditentukan, diantaranya badan kelabu, warna mata merah, dan sayap lurus panjang.
Variasi fenotip muncul akibat adanya perbedaan pada satu hingga tiga gen, misalnya warna mata putih, sayap vestigial, tubuh ebony, dan banyak lagi variasi lainnya. Lalat Drosophila melanogaster yang memiliki sedikitnya satu karakter yang berbeda dengan tipe liarnya disebut sebagai mutan.
Untuk menyeragamkan pendapat, tiap tipe mutan lalat Drosophila diberi symbol tertentu, misalnya simbol w untuk mutan mata putih, e untuk mutan tubuh ebony/ hitam, vg untuk mutan sayap tereduksi, dan sebagainya. Lalat normal biasanya diberi simbol +.
Drosophila melanogaster yang normal mempunyai mata berwarna merah, yang ditentukan oleh gen dominan W . Adapula yang menyebutkan gen + atau w+. Disamping itu dikenal pula sifat mutan, yaitu mata berwarna putih, yang ditentukan oleh gen muatan resesif w . Sebenarnya dikenal banyak variasi tentang warna mata pada lalat ini. Variasi ini bergradasi ( berderajat ) mulai dari merah gelap, merah terang sampai menjadi putih, yang kesemuanya ditentukan oleh dominansi dari alel –alel. Berbagai warna mata pada Drosophila melanogaster ini ternyata ditentukan oleh suatu seri alel ganda. Alel yang paling dominan adalah w+ , sedangkan yang paling resesif adalah w.
Genotip lalat
Warna mata
w+ w+
Merah tua (lalat normal / liar)
wcolwcol
Merah nyata
wsatwsat
Satsuma
wcowco
Koral (karang)
wwww
Anggur
wchwch
Buah talok ( cherry )
wewe
Eosin
wblwbl
Darah
wawa
Aprikot
wbfwbf
Kulit penggosok ( buff )
ww
putih
Macam-macam mutan dari lalat Drosophila antara lain adalah:
No
Gambar
Keterangan
1.Short-Winged Flies
Sayap-sayap lalat ini pendek. Sayap lalat ini tidak bisa terbang. Mereka mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu vestigial gen, pada kromosom yang kedua. Lalat ini mempunyai suatu mutasi terdesak/terpendam. Tentang penghembus vestigial gen yang dibawa oleh masing-masing lalat (satu dari orangtua masing-masing), kedua-duanya harus diubah untuk menghasilkan sayap yang abnormal. Seandainya satu adalah mutan, versi yang sehat dapat mengesampingkan cacat tersebut.
2.Curly-Winged Flies
Sayap-sayap lalat ini keriting. Mereka mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu "gen keriting" pada kromosom yang kedua. Sayap-sayap keriting ini terjadi karena suatu mutasi dominan, yang berarti bahwa satu salinan gen diubah dan menghasilkan cacat itu. Jika salinan kedua-duanya (orang tuanya) adalah mutan, maka lalat ini tidak akan survive
3.Ebony Flies
Lalat ini berwarna gelap, hampir hitam dibadannya. Mereka membawa suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen kayu hitam yang terletak pada kromosom ketiga. Secara normal, gen kayu hitam bertanggung jawab untuk membangun pigmen yang memberi warna pada lalat buah normal. Jika gen kayu hitam cacat, maka pigmen yang hitam ini dapat menyebabkan badan pada lalat buah menjadi hitam semuanya.

4.Yellow Flies
Lalat ini berwarna kekuningan dibanding lalat normal. Mereka mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen kuning pada kromosom X. Gen kuning diperlukan untuk memproduksi suatu pigmen pada lalat hitam normal. Sedangkan pada mutan ini tidak bisa menghasilkan pigmen atau gen kuning ini
5.White-Eyed Flies
Lalat ini mempunyai mata putih. Seperti lalat orange-eyed, mereka juga mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen putih. Tetapi di lalat ini, gen putih secara total cacat, sehingga tidak menghasilkan pigmen merah sama sekali.

6.Orange-Eyed Flies
Lalat pada gambar yang dilingkari mempunyai warna mata seperti warna jeruk. Mereka mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen putih, yang secara normal menghasilkan pigmen merah di dalam mata. Di lalat ini, gen yang putih hanya bekerja secara parsial, memproduksi lebih sedikit pigmen merah dibanding lalat normal.

7.Eyeless Flies
Lalat ini tidak punya mata. Mereka mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen buta, yang secara normal diinstruksikan sel di dalam larva untuk membentuk suatu mata.

8.Leg-Headed Flies
Lalat ini mempunyai antena seperti kaki abnormal pada dahi mereka. Mereka mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen antennapedia (bahasa latin untuk "antenna-leg"), yang secara normal diinstruksikan sel untuk merubah beberapa badan untuk menjadi kaki. Di lalat ini, gen antennapedia dengan licik instruksikan sel yang secara normal untuk membentuk antena menjadi kaki sebagai gantinya.
Lalat dalam botol media hidup dengan media agar-agar, ragi, dan pisang yang dicampur menjadi satu. Setiap jenis Drosophila melanogaster khususnya jantan memiliki susunan yang berbeda antara jenis yang satu dengan yang lainnya. Periode dari pengembangan Drosophila melanogaster bervariasi antara lain temperatur, umumnya semua jenis berdarah dingin. Waktu perkembangan yang paling pendek (telur-dewasa), adalah 7 hari, dan dicapai pada suhu 28° C. Perkembangan meningkat pada suhu yang lebih tinggi, yaitu sekitar 30° C, selama 11 hari, hal tersebut berkaitan dengan pemanasan tekanan. Pada suhu 25° C tersebut, lama harinya umumnya adalah sekitar 8.5 hari, sedangkan pada suhu 18° C lama harinya sekitar 19 hari dan pada suhu 12° C lama hari perkembangannya adalah 50 hari. betina meletakkan sekitar 400 telur, sekitar lima tiap waktunya, dimasukkan ke dalam sebuag kantung atau material organik lain. panjnag telur sekitar 0.5 millimetres akan mengeram setelah 12-15 jam pada suhu 25° C. Akan menghasilkan larva instar I setelah 4 hari pada suhu 25° C, kemudian molting sebanyak dua kali sehingga masuk ke fase larva instar II & III, hal tersebut terjadi sekitar 24 dan 48 jam setelah eclosion. Selama masa ini, mereka akan mikroorganime yang menguraikan buah. Kemudian larva dibungkus oleh kapsul yang disebut puparium, puparium ini berfungsi melindungi pupa lalat buah dari gangguan lingkungan sekitarnya. pupa tersebut akanmengalami metamorfosis selama 5 hari dan tumbuh menjadi dewasa.
Perkawinan pertama lalat buah betina terjadi 12 jam setelah ”emergence”. Betina menyimpan sperma dari jantan yang telah mengawininya. Drosophila melanogaster mulai bertelur setelah berumur lebih kurang 8 jam. Drosophila melanogaster betina sanggup menghasilkan 50-75 butir telur per hari atau dapat menghasilkan 400-500 butir telur. Telur Drosophila melanogaster berwarna putih susu berbentuk bulat panjang dengan ukuran 0,5 mm. Pada ujung anterior terdapat lubang yang disebut mikropil dan terdapat tonjolan memanjang seperti sendok.Telur yang dikeluarkan pada umumnya sudah tahap blastula berkembang dalam 24 jam dan akan menetas menjadi larva. Larva akan mengalami pergantian kulit 4 kali dan berubah menjadi pupa. Pupa akan menetas setelah 8-11 hari (tergantung dari spesies dan suhu lingkungan). Metamorfosis pada Drosophila termausk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur - larva instar I - larva instar II - larva instar III - pupa - imago.
Lalat Drosophila melanogaster dapat digunakan sebagai bahan percobaan. Orang yang pertama kali menggunakan lalat ini adalah Thomas Hunt Morgan pada tahun 1910 yaitu dengan mengadakan persilangan antara lalat buah. Beberapa pertimbangan utama mengapa lalat Drosophila banyak digunakan untuk percobaan genetika dikarenakan:
1.Mudah didapat;
2.Pemeliharaannya mudah dan murah,mudah membiak di laboratorium, dengan bahan makanan sederhana.
3.Siklus hidup pendek;
4.Mudah membedakan jantan dan betina
5.Jumlah keturunan yang dihasilkan dalam satu siklus hidupnya sangat banyak, seekor induk bertelur ribuan butir selama hidupnya.
6.Cepat berkembang biak, terdapat 20 – 25 generasi dalam setahun.
7.Memiliki banyak mutan;
8.Jumlah kromosom relatif sedikit, yaitu 3 sampai 4 pasang saja.
9.Kromosom yang terletak pada sel-sel kelenjar ludah besarnya ada 100x besar kromosom biasa, disebut ”kromosom raksasa”, sahingga mudah diamati di bawah mikroskop biasa.
10.Drosophila jantan tidak mengalami pindah silang.
Adapun ciri-ciri dari Lalat Drosophila ini adalah lalat ini mempunyai panjang 3-4 mm dan biasanya warna kekuning-kuningan dan mereka biasanya terdapat di sekitar buah yang membusuk dan buah-buah dalam kelompok yang besar (190 jenis Amerika Utara) dan banyak jenis sagat umum. Lalat apel ini adalah hama-hama di dalam rumah tangga apabila didapatkan buah-buahan. Larva dan kebanyakan jenisnya terdapat di dalam buah telah ditunjukkan bahwa larva sebenarnya makan ragi-ragi yang tumbuh di dalam buah-buahan itu. Beberapa jenis ada yang bersifat ektoparasitik (pada ulat) atau bersifat pemangsa (pada mealybugs dan homoptera kecil lainnya) pada tahapan larva. Dalam kelompok ini karena waktu hidupnya yang pendek, kromosom-kromosom kelenjar ludah raksasa dan mudahnya dipelihara telah dipakai secara meluas dalam penelitian-penelitian keturunan, (Borror, 1992).
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.Lalat Drosophila jantan memiliki perbedaan dengan lalat Drosophila betina yang terletak pada ukuran tubuh, bentuk ujung abdomen posterior, segmen garis hitam pada abdomen posterior serta ada tidaknya sisir kelamin (sex comb).
2.Lalat buah Drosophila melanogaster mempunyai banyak mutan, antara lain :
a.Yellow Flies
b.Ebony Flies
c.Orange-Eyed Flies
d.White-Eyed Flies
e.Eyeless Flies
f.Leg-Headed Flies
g.Short-Winged Flies
h.Curly-Winged Flies
3..Mutan lalat Drosophila dapat diidentifikasi dari warna mata (putih) dan sayap (vestigial).
4.Lalat drosophila banyak digunakan dalam percobaan di laboratorium karena memiliki banyak keunggulan, efisien dan ekonomis.

B. Saran
Persediaan lalat Drosophila supaya diperbanyak untuk memperlancar jalannya praktikum.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Drosophila melanogaster. 2008. (online). http://www.wikipedia.org . Diakses tanggal 14 November 2008, pukul 01.42.

Anonim. Drosophila melanogaster. 2007. (online). http://www.indoskripsi.com. Diakses tanggal 14 November 2008, pukul 01.47.

Ananda, Koeswari. 1978. Diktat Taksonomi Serangga. Gadjah Mada Univesity Press:Yogyakarta

Borror, Donal JJ, Triplehorm, Charles A, Jhonson, Norman F. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Gadjah Mada University Press: Yogya karta.

Dwijoseputro. 1981. Pengantar Genetiak. Penerbit Bhratara Karya Aksara:Jakarta.
Goodenough, V. 1988. Genetics. Washington University, USA .

Sinott, Edmunn. W., Dunn, L. C, Dobzhansky, Theodosivs. 1958. Principles of Genetics Fifth edition. Kogakusha Company Ld, Tokyo.

Strickberger, M. W. 1985. Genetics. McMillan Publishing Co: New york.
Suryo. 1998. Genetika. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Susetyo Putra, Nugroho. 1994. Serangga di Sekitar Kita. Kanisius.
White, M. J. D. 1948. Animal Cytology And Evolution. University College, London.
Yatim, W. 1983. Genetika. Tarsito, Bandung.

LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA TUMBUHAN
PENGAMATAN KROMOSOM

Oleh:

Nama : A’dzjio Ceae
NIM : 07460877
ingat Allah. Ingat Nabi
(IAIN)
Syekh Nurjati


I.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Teori sel menyatakan bahwa setiap sel penyusun mahluk hidup berasal dari sel sebelumnya. Proses terjadinya sel baru dari sel induknya disebut pembelahan sel. Pembelahan sel dapat dibedakan menjadi dua, yaitu mitosis dan meiosis.
Pada setiap mahluk hidup, sel-sel tidak sama bentuknya. Sel terdiri dari bagian-bagian sel, antara lain dinding sel, nukleus dan protoplasma. Dalam inti sel terdapat kromosom yaitu benda-benda halus berbentuk batang panjang atau pendek dan lurus atau bengkok. Kromosom merupakan pembawa bahan keturunan. Kromosom dapat terlihat pada tahap-tahap tertentu pada pembelahan inti. Biasanya kromosom digambarkan pada tahap metafase.
Mitosis adalah peristiwa pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel somatis (sangat aktif pada sel-sel meristem) yang menghasilkan dua sel anak dengan komponen-komponen yang sama dan identik dengan sel induknya. Mitosis mempertahankan pasangan kromosom yang sama melalui pembelahan inti dari sel somatis secara berturut-turut. Proses ini terjadi bersama-sama dengan pembelahan sitoplsma dan bahan-bahan di luar inti sel( sitokinesis). Sedangkan meiosis terjadi pada sel-sel germinal dengan hasil akhir empat buah sel anak yang haploid dengan komposisi genotip yang mungkin berbeda dengan sel induknya.
Kromosom dapat dengan mudah diamati pada saat sel sedang aktif membelah dengan maneggunakan metode fiksasi dan pewarnaan sederhana. Bahan yang biasa digunakan dalam pengamatan mitosis adalah sel-sel ujung akar bawang merah (Allium ascalonicum), sedangkan pengamatan meiosis sering menggunakan kotak sari atau bakal biji tanaman lily. Bahan-bahan tersebut digunakan karena memiliki beberapa kelebihan yaitu komposisi dinding selnya yang tersusun atas senyawa-senyawa yang relatif mudah ditembus oleh larutan fiksatif dan pewarna, juga jumlah kromosomnya tidak terlalu banyak sehingga pengamatan terhadap masing-masing fase yang sedang berlangsung relatif mudah dilakukan. Salah satu metode Fiksasi yang dapat dilakukan adalah metode termodifikasi yang menggunakan pre treatment 0,002 M 8-Hydroxychinolin dan larutan fiksasi 45% asam asetat.
B.Tujuan
Tujuan praktikum Pengamatan Kromosom adalah untuk mengetahui fase-fase pembelahan mitosis pada akar bawang merah (Allium ascalonicum).
II.TINJAUAN PUSTAKA
Tahun 1830-an, Schleiden dan Schwann menerangkan bahwa nukleus berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan sel. Pada sekitar tahun 1870 Hertwig mengamati adanya dua inti pada telur landak laut (Sea urchins) dan ternyata satu inti merupakan bagian dari sel telur itu sendiri sedang inti lain yang berasal dari sperma. Strasburger dan Flemming menegaskan kesinambungan bahan dalam inti dan mampu mengikuti tahap-tahap inti dari pembelahan sel pada jaringan tanaman dan binatang. Flemming menggunakan istilah mitosis untuk menguraikan perubahan benang-benang (kromosom) dalam inti menjadi separuhnya dan pemisahannya ke inti sel anak. Kemudian sekitar tahun 1880 terlihat adanya mekanisme reduksi kromosom dan diuraikan oleh ahli lain dengan istilah meiosis yang ditemukan oleh Farmer dan Moore, (Crowder, 1988).
Mitosis dan meiosis merupakan bagian dari siklus sel dan hanya mencakup 5-10% dari siklus sel. Persentase waktu yang besar dalam siklus sel terjadi pada interfase. Interfase terdiri dari periode G1, S, dan G2. Pada periode G1 selain terjadi pembentukan senyawa-senyawa untuk replikasi DNA, juga terjadi replikasi organel sitoplasma sehingga sel tumbuh membesar, dan kemudian sel memasuki periode S yaitu fase terjadinya proses replikasi DNA. Setelah DNA bereplikasi, sel tumbuh (G2) mempersiapkan segala keperluan untuk pemisahan kromosom, dan selanjutnya diikuti oleh proses pembelahan inti (M) serta pembelahan sitoplasma (C). Selanjutnya sel hasil pembelahan memasuki pertumbuhan sel baru (G1).
Mitosis merupakan pembelahan sel yang terjadi pada organisme eukariot. Pembelahan sel secara mitosis terjadi pada jaringan somatik. Dalam pembelahan mitosis ini, satu sel membelah menjadi dua sel yang sama persis. Pembelahan mitosis terdiri atas pembelahan inti dan pembelahan sitoplasma. Pembelahan mitosis ini di awali dengan pembelahan inti. Oleh karena itu, bila kita melihat kumpulan sel yang sedang membelah, mungkin kita akan menemukan satu atau beberapa sel yang mempunyai dua inti. Hal ini berarti sel telah selesai melakukan pembelahan inti tetapi belum melakukan penbelahan sitoplasma.
Mitosis merupakan periode pembelahan sel yang berlangsung pada jaringan titik tumbuh (meristem), seperti pada ujung akar atau pucuk tanaman. Proses mitosis terjadi dalam empat fase, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase. Fase mitosis tersebut terjadi pada sel tumbuhan maupun hewan. Terdapat perbedaan mendasar antara mitosis pada hewan dan tumbuhan. Pada hewan terbentuk aster dan terbentuknya alur di ekuator pada membran sel pada saat telofase sehingga kedua sel anak menjadi terpisah. Dengan mitosis terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan dan organ tubuh makhluk hidup. Tujuan pembelahan mitosis adalah mewariskan semua sifat induk kepada kedua sel anaknya. Pewarisan sifat induk kepada kedua sel anaknya terjadi secara bertahap fase demi fase (Campbell et al. 1999).

III.BAHAN DAN ALAT
A.Bahan
1.Ujung akar bawang merah
2.Larutan 0,02 M 8-Hydroxynolin
3.Larutan HCl
4.Larutan Asam Asetat 45%

B.Alat
1.Petridis
2.Piset
3.Jarum besi
4.Kaca preparat dan penutupnya
5.Water hitter
6.Termometer
7.Bunsen
8.Becker glass
9.Botol maserasi
10.Mikroskop cahaya
11.Cutter
12.Tissue
IV.PROSEDUR KERJA
1.Ujung akar bawnag merah dipotong dan dimasukkan ke dalam larutan 0,02 M 8-Hydroxynolin, kemudian disimpan dalam ruang tertuutp selama 1 jam.
2.Ujung akar bawang merah difiksasi dengan menggunakan larutan 45% asam asetat selama 10 menit.
3.Ujung akar bawabg nerah dimaserasi dengan larutan Asam Asetat dan HCl dengan perbandingan 3:1, selama 2-3 menit pada suhu 600 C.
4.Ujung akar bawang merah diambil kemudian diletakkan di atas kaca preparat, lalu ditusuk-tusuk dengan jarum besi dan ditetesi dengan Aceto Orcein sebanyak 2 tetes.
5.Preparat ditutup dengan cover glass, dibalut dengan tissue, kemudian di-squashing, setelah itu, tissue dibuka.
6.Preparat dilewatkan di atas api bunsen sebanyak 3 kali.
7.Preparat diamati dengan mikroskop.


V.HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Pengamatan
Nama preparat : ujung akar bawang merah (Allium ascalonicum)Perbesaran : 40 X 10
Jumlah kromosom : 16
GAMBAR
KETERANGAN

B.Pembahasan
Semua sel somatik dalam suatu organisme multiseluler berasal dari satu sel, yaitu zigot, melalui proses pembelahan yang disebut mitosis. Fungsi mitosis mula-mula membentuk salinan yang sama dari tiap kromosom dan kemudian melalui pembelahan sel induk, mendistribusikan suatu sel kromosom yang identik kepada kedua sel anak (Pai, Anna C, 2004).
Jaringan yang mudah untuk ditelaah mitosisnya adalah meristem pada titik tumbuh akar bawang merah. Sel akar bawang merah yang baru terbentuk berisi 16 kromosom, 8 diantaranya pada mula-mula disumbangkan oleh tumbuhan bawang merah yang menyediakan gamet jantan. Kromosom ini sering dinamai kromosom paternal. Sisa yang 8 lagi disediakan oleh induk bawang merah yang menghasilkan telur. Inilah yang disebut kromosom maternal. Untuk setiap kromosom maternal ada kromosom paternal yang amat mirip denga yang pertama tadi. Kromosom-kromosom yang serupa ini merupakan pasangan homolog, dimana setiap suatu pasangan homolog tertentu acapkali disebut homolog anggota yang lain pasangan tersebut (Yatim, 1983)
Praktikum acara pengamatan kromosom pada mitosis dilakukan dengan menggunakan bahan sel akar bawang merah (Allium Ascalonicum). Hal ini dikarenakan pada bawang merah ini terdapat komposisi dinding selnya yang tersusun dari lapisan senyawa yang relatif dapat ditembus oleh larutan fiksatif dan pewarna (Campbell, 2002).
Ujung akar direndam dalam larutan 0,02 M 8-Hydroxynolin dan disimpan dalam ruang tertuutp selama 1 jam dengan tujuan untuk menghentikan aktifitas pembelahan sel. Ujung akar bawang merah difiksasi dengan menggunakan larutan 45% asam asetat selama 10 menit bertujuan untuk menjernihkan jaringan agar mudah diamati. Begitu juga dengan proses maserasi sama eratnya karena fungsinya adalah pelunakan jaringan menggunakan 1M HCl ditambah 45% asam asetat dengan perbandingan 3:1 pada suhu 60° selama 2-3 menit (Suryo, 2004).
Mitosis adalah peristiwa pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel somatis (sangat aktif pada jaringan meristem) yang menghasilkan dua sel anak dengan komponen-komponen yang sama dan identik dengan sel induknya. Mitosis mempertahankan pasangan kromosom yang sama melalui pembelahan inti dari sel somatis secara berturut-turut. Proses ini terjadi bersama-sama dengan pembelahan sitoplasma dan bahan-bahan di luar inti sel. Proses ini mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan dan dan perkembangan hampir semua organisme. Selama pembelahan mitosis, sel akan tumbuh menduplikasi genomnya, memisahkan kromosom yang telah berduplikasi ke kutub-kutub sel yang berlawanan dan membagi sitoplasma sehingga terbentuklah sel anakan.
Para ahli biologi membagi mitosis menjadi 5 tahap, yaitu:
1.Interfase
Fase ini disebut juga fase istirahat. Pada fase ini belum tampak perubahan-perubahan yang spesifik, tetapi sel sudah siap untuk melakukan pembelahan. Pada saat itu ADN mengalami replikasi atau membuat salinan yang tepat sama daripadanya. Proses penyalinan ini menghasilkan suatu kromosom dengan dua benang (strand) fungsional identik yang disebut dengan kromatid, keduanya dilekatkan pada satu sentromer yang sama (William D.,1991).
Pada tahap ini, kromosom-kromosom berada dalam keadaan yang sangat halus dan tampak hanya sebagai butiran-butiran kromatin di bawah mikroskop cahaya. Selain itu juga sudah terjadi perubahan secara kimiawi, inti sel tampak keruh. Lamanya fase interfase pada suatu jaringan berbeda-beda, karena dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan misalnya suhu. Fase ini dapat berlangsung hanya beberapa menit tetapi juga ada yang berbulan-bulan (Yatim,1983).
2.Profase
Benang-benang kromatin tampak memendek sehingga terlihat tebal dan menjadi kromosom, bentuknya memanjang, mempunyai struktur dobel memanjang dan letaknya random di dalam nukleus (Suryo,1991). Tiap kromosom akan mengganda menjadi 2 yang disebut kromatid. Pada profase akhir, kedua kromatid identik atau pasangan kromatid (sister chromatids) dapat terlihat. Tiap kromatid tampak masih melekat karena sentromer induk belum membelah. Nukleolus mulai menghilang dan sentriol diliputi serat-serat radial pendek berpisah (membelah) dan bergerak menuju kutub yang berseberangan (bintang kutub). Di antara 2 bintang kutub terbentuk serat gelendong. Dengan berakhirnya profase, kromosom-kromosom yang dobel memanjang itu mulai mendekati bidang ekuator dari sel.
3.Metafase
Pada fase ini sentromer dari kromosom-kromosom dobel longitudinal terletak di bidang ekuator dari sel walaupun lengan-lengan kromosom mungkin menuju ke arah mana saja (Suryo,1991). Serat-serat gelendong atau benang spindel yang secara kolektif dikenal sebagai aparat gelendong, terbentuk sepenuhnya (William D.,1991). Sebelumnya, pada awal fase ini membran nukleus dan nukleolus lenyap. Sentromer, suatu daerah vital bagi pergerakan kromosom, melekat pada serabut gelendong yang bertanggung jawab terhadap arah pergerakan kromosom selama pembelahan (Weish J R.,1991).
4.Anafase
Sentromer membelah mengikuti panjang kromosom dan sepasang kromatid induk berpisah menjadi kromosom anak dan menuju kutub-kutub sel yang berseberangan, dengan sentromer yang memimpin pergerakan tersebut. Setiap kromatid sekarang dipandang sebagai kromosom-kromosom yang baru (Weish J R.,1991). Proses ini didahului oleh membelahnya sentromer menjadi dua bagian yang masing-masing fungsional. Oleh karena itu, anafase menyelesaikan pembagian jumlah kromosom secara kuantitatif sama ke dalam sel-sel anakan. Kecuali itu berlangsung pula pembagian bahan genetik secara kualitatif sama (Suryo,1991).
5.Telofase
Kromosom-kromosom mulai mengurai dari gulungannya dan kembali pada kondisi interfase. Gelendong tadi mengalami degenerasi dan sitoplasma membagi diri dalam dalam suatu proses yang disebut sitokinesis. Sitokinesis pada sebagian besar tumbuhan mencakup pembentukan suatu piringan sel (cell plate) dari pektin yang dimulai pada pusat sel dan menyebar secara lateral ke dinding sel. Kemudian, selulosa dan zat-zat penguat lainnya ditambahkan pada piringan sel, mengubahnya menjadi suatu dinding sel baru (William D.,1991). Membran nukleus baru terbentuk dari bahan sisa membran nukleus yang lama atau dari bahan yang berasal dari "retikulum endoplasma" atau dari bahan yang dibentuk baru. Spindel menghilang dan nukleolus dibentuk oleh bagian "nucleolar organizer" dari sebuah kromosom (Suryo,1991). Pada telofase akhir terbentuk 2 sel anakan yang memiliki jumlah kromosom yang sama dengan jumlah kromosom induknya.
Selama sel itu menjalani proses mitosis dinyatakan sebagai periode M, waktu yang diperlukan pada tiap fase mitosis tidak sama. Profase lazimnya memerlukan waktu yang lebih lama daripada fase-fase lainnya sedangkan metafase memerlukan waktu yang paling pendek. Replikasi DNA terjadi sebelum sebelum mitosis, yaitu pada fase S (sintesis). Pada sel-sel yang bernukleus, sintesis DNA mulai di beberapa posisi pada tiap kromosom, sebab itu mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk replikasi pasangan kromatidnya. Pada periode antara M dan S dinyatakan sebagai fase G2 (pasca-sintesis DNA). Sesudah mitosis, terjadi suatu fase G1 prasintetis yang berlangsung lama, sebelum terjadi replikasi kromosomal.
Pada praktikum, banyak dijumpai kegagalan dalam penyiapan preparat. Kesalahan pada umumnya dilakukan pada saat menusuk-nusuk preparat dengan jarum besi. Penusukan kurang, sehingga preparat belum hancur dan hanya akan nampak dalam bentuk jaringan (sel tidak terlihat secara detail).
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
1. Pengamatan kromosom dilakukakn dengan menggunakan akar bawang merah (Allium Ascalonicum), karena terdapat komposisi dinding selnya yang tersusun dari lapisan senyawa yang relatif dapat ditembus oleh larutan fiksatif dan pewarna.
2. Mitosis adalah peristiwa pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel somatic (sangat aktif pada jaringan meristem) yang menghasilkan dua sel anak dengan komponen-komponen yang sama dan identik dengan sel induknya.
3. Mitosis dibagi menjadi 5 tahap, yaitu:
a. Interfase
b. Profase
c. Metafase
d. Anafase
e. Telofase
B.SARAN
Dalam pelaksanaan praktikum harus dilakukan dengan cermat, teliti dan jangan tergesa-gesa supaya mendapatkan hasil yang memuaskan dan data dapat diterima atau signifikan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. The Cell Cycle. (Online) http://porpax_bio_miami_edu-~cmallery-150-mitosis-mitosis_files. Diakses pada tanggal 1 Desember 2008.

Campbell, Jane B. Reece, Lawrence G. Mitchel. 2002. Biologi. Erlangga, Jakarta.

Pai, Anna. C. 1987. Dasar – Dasar Genetika. Erlangga, Jakarta.

Stanfield, W. D. 2006. Biologi Molekuler Dan Sel. Erlangga, Jakarta.

Suryo. 2004. Genetika. Gadjah Mada University, Yogyakarta.

Suryo. 1995. Sitogenetika. Gadjah Mada University, Yogyakarta.

Yatim, W. 1986. Genetika. Tarasito, Bandung.


LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA
PERSILANGAN MONOHIBRID

Oleh:

Nama : A’dzjio Ceae
NIM : 07460877
ingat Allah. Ingat Nabi
(IAIN)
Syekh Nurjati

TUJUAN
• Melihat pewarisan satu sifat beda pada keturunan ke-1 (F1) dan keturunan ke-2 (F2).
• Mengetahui perbandingan fenotip F2 pada persilangan mutan ebony dan normal Drosophyla melanogaster.
TINJAUAN PUSTAKA
Monohibrid
Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan satu sifat beda. Persilangan monohIbrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi. Hukum ini berbunyi, “Pada pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan akan disegresikan kedalam dua anakan.”
Mendel pertama kali mengetahui sifat monohybrid pada saat melakukan percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Sehingga sampai saat ini di dalam persilangan monohybrid selalu berlaku hukum Mendel I.
Sesungguhnya di masa hidup Mendel belum diketahui sifat keturunan modern, belum diketahui adanya sifat kromosom dan gen, apalagi asam nukleat yang membina bahan genetic itu. Mendel menyebut bahan genetic itu hanya factor penentu (determinant) atau disingkat dengan factor.
Hukum Mendel I berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki genotif heterozigot. Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-masing pergi ke satu gamet (Yatim,1986).
Monohibrid Pada Tumbuhan
Karakter batang tinggi yang dominant terhadap batang rendah berlaku pada umumnya tumbuhan, termasuk jagung. Pada jagung juga dikenal adanya karakter pertumbuhan batang seperti tebu. Pada jamur roti neurospora dikenal pula karakter warna mycelium yang merah dominant terhadap yang putih.

Monohibrid Pada Hewan
Pada marmot, seperti juga pada hewan lainnya, gen dominant menyebabkan pigmentasi normal dan alelnya menyebabkan albino. Marmot yang berpigmentasi normal adalah yang berbulu hitam. Dikawinkan marmot hitam dengan marmot albino. Anak-anaknya semua hitam. Jika anaknya itu dikawini sesamanya maka akan menghasilkan hitam : putih 3 : 1.
Monohibrid Pada Manusia
Semacam bahan kimia sintesis bernama PTC, ada segolongan orang yang bisa mengecapnya akan merasakan pahit dan segolongan orang yang tidak bisa mengecapnya akan merasakan ambar. Rasa pahit disebabkan karena adanya gen dominant.
Selain pengecapan banyak sifat lainnya yang mengikuti sifat persilangan monohybrid, yaitu: polydactyly, phenylketonuria, gigi coklat huntington’s chorea, crstic fibrosis.
Beberapa hal penting tentang perkawinan monoibrid:
• Semua indifidu F1 adalah seragam.
• Jika dominansi tampak sepenuhnya, maka indifidu F1 memiliki fenotip seperti induknya yang dominant.
• Pada waktu F1 yang heterozygote membentuk gamet-gamet, terjadilah pemisahan alel, sehingga gamet hanya mempunyai salah satu alel saja.
• Jika dominasi nampak sepenuhnya, maka perkawinan monohybrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan 3:1
Mutan ebony pada Drosophyla melanogaster
Perubahan perubahan dalam materi hereditas disebut dengan mutasi (Tjan,1995). Mutasi adalah sumber utama dari semua variasi genetic, karena menyediakan bahan baku bagi evolusi. Bila tak ada mutasi maka semua gen akan satu bentuk, tak ada alelnya, sehingga tak mungkin mengadakan analisis genetic. Dan yang penting lagi organisme tak mampu berevolusi dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan.
Ebony body colour pada Drosophyla melanogaster di sebabkan oleh mutasi somatic pada kromosom ketiga. Sifat morpologi yang tampak pada Drosophyla tersebut adalah tubuh tampak berwarna hitam.
ALAT DAN BAHAN
• Botol kultur.
• Sumbat busa.
• Botol eter.
• Eter.
• Kuas kecil.
• Loop.
• Kertas tissue.
• Medium.
• Alat tulis dan label.
PROSEDUR
• Ambil masing masing 5 pasang betina virgin dari ebony dan jantan normal.
• Masukkan lima pasang Drosophyla tersebut kedalam botol yang telah diberi kertas tissue dan medium.
• Setelah tujuh hari, terbentuk pupa, matikan parental.
• Hewan yang keluar diamati fenotipnya.
• Pada medium baru silangkan antara F1 sebanyak 5 ekor.
• Setelah tujuh hari matikan F1.
• Amati hewan yang menetas, hitung F2 selama 8 hari berturut-turut.
• Lakukan uji statistic untuk mengetahui apakah persilangan ini benar.

VI. PERHITUNGAN
Perhitungan dilakukan dengan mengunakan metode chi square untuk persilangan monohybrid.
Data dari hasil percobaan:











Normal: 279
Ebony: 74
Dengan perbandingan 3:1
Jumlah seluruh data : 279 + 74 = 353

PEMBAHASAN
Pada praktikum monohybrid disilangkan jantan ebony dan betina normal yang menghasilkan F2 dengan perbandingan normal : ebony sebesar 4:1. perbandingan fenotip yang diharapkan seharusnya normal : ebony sebesar 3:1 berdasarkan hukum Mendel 1.
Wildan yatim, dalam bukunya yang berjudul genetika berpendapat bahwa sesungguhnya ratio fenotip F2 3 : 1 hanya merupakan perhitungan secara teoritis ratio ini diperoleh dari ratio genotipnya. Sebetulnya dalam kenyataan sehari-hari, ratio fenotip yang didapat tidaklah persis demikian. Kalau umpamanya spesies F2 yang dihitung adalah 1000 ekor, maka tidak akan selalu persis bahwa yang normal 750 ekor dan yang ebony 250 ekor.
Makin dekat nilai ratio kenyataan, yang disebut o ( observation) terhadap ratio teoritis, yang disebut e (expected), makin sempurna data yang dipakai, berarti makin bagus pernyataan fenotipnya.
Kalau perbandingan o/e mendekati angka satu berarti data yang didapat makin bagus, dan pernyataan fenotip tentang karakter yang diselidiki mendekati sempurna. Akan tetapi, jika o/e menjauhi 1, data itu buruk dan pernyataan fenotip tentang karakter yang diselidiki berarti dipengaruhi oleh suatu factor lain. Entah karena factor lingkungan atau jumlah objek yang diamati terlalu sedikit.
Dari hasil perhitungan kami sebesar 3,17 berada di bawah data yang tercantum pada tabel sebesar 3,84 berarti nilai ini masih dapat diterima. Kami berpendapat bahwa jumlah objek sebanyak kurang lebih 300 ekor tidak cukup untuk membuktikan perbandingan persilangan monohybrid. Telah diamati oleh george Mendel bahwa makin banyak jumlah generasi yang dihitung, makin mendekati ratio kenyataan terhadap ratio teoritis,.dengan catatan bahwa suasana lingkungan dan genotip tidak berbeda.
KESIMPULAN
1. Dari hasil percobaan kita dapat menyimpulkan bahwa sifat normal yang ada pada lalat buah dibawa oleh gen dominant dan sifat ebony dibawa oleh gen resesif.
2. Perbandingan fenotip dari hasil percobaan 4 : 1 dengan jumlah Drosophyla ebony sebanyak 74 dan normal 279,
3. Nilai yang diperoleh mengunakan metode statistic sebesar 3,17 tidak memenuhi ratio fenotip walaupun masih dapat diterima hukum Mendel 1.
4. Hal ini disebabkan karena jumlah objek yang diamati terlalu sedikit, sehingga tidak bisa memenuhi perbandingan mendel 3 : 1

DAFTAR PUSTAKA
Brown, T.A.. 1993. Genetics A Molecular Approach. Department of Biochemistry And Applicd Molecular, Umist, Manchester: United Kingdom.
Suryo. 1996. Genetika. Yogyakarta: UGM Press.
Tjan, Kiauw Nio. 1995. Genetika Dasar (Diktat). Bandung: penerbit ITB.
Yatim, wildan. 1986. Genetika. Bandung: Penerbit Tarsito.




LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA
VARIASI PADA TANAMAN

Oleh:

Nama : A’dzjio Ceae
NIM : 07460877
ingat Allah. Ingat Nabi
(IAIN)
Syekh Nurjati

I. Tujuan
1. Dapat menjelaskan tipe-tipe keragaman pada tanaman
2. Menyabutkan dan membedakan sedikitnya tiga cirri yang berbeda untuk suatu karakter tertentu
3. Dapat mendiskripsikan hasil pengamatan tentang variasi pada tumbuhan
4. Dapat menyimpulkan dan mengkomunikasikan hasil pengamatan.

II. Latar Belakang

Variabilitas adalah sifat beda dari organisme dalam satu spesies atau populasi. Dengan adanya sifat beda akan terjadi variasai atau keanekaragaman organism dalam satu spesies. Keanekaragaman dapat terjadi dalam tingkat gen, populasi, atau komunitas. Keanekaragaman dipengaruhi baik factor dari dalam (gen) dan factor luar (pengaruh lingkungan). Factor lingkungan seperti makanan, suhu, cahaya, kkkelembaban,,, curah hujan, derajat keasaman tanam (pH) bersama factor keturunan (gen) sangatberpengaruh terhadap fenotip.Fenotip merupakan hasil interaksi antara genotip dengan lingkungan. Jika kita mengamati sifat-sifat yang ada pada makhluk hidup baik itu hewan, tumbuhan atau manusia akan terlihat adanya persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan. Hal ini terjadi karena genotip yang dimiliki individu berbeda, adanya gen yang bersifat dominan dan resesif, adanya penetrasi dan ekpresivitas, adanya rekombinasi gen dan lainnya.keanekaragaman sifat genetic ini sangat penting, karena tanpa adanya fariasi sifat pada makhluk hidup, ilmu genetika tidak mungkin berkembang. Berbagai pola pewarisan sifat dapat ditemukan dan diketahui karena adanya variasai sifat pada makhluk hidup.


III. Metodologi
Alat dan Bahan
Alat yang kami gunakan dalam pengamatan ini adalah Alat tulis untuk mencatat data-data pengamatan. Penggaris untuk mengukur lebar mahkota bunganya dan kamera untuk memotret bunga euphorbia yang kami amati.Bahan yang digunakan dalam pengamatan adalah berbagai variasi tanaman euphorbia.
Cara Kerja
Mengambil berbagai jenis bunga dari tanaman euphorbia. Bunga yang telah diambil di potret untuk kemudian diamati satu persatu perbedaannya. Dari warna bunga, bentuk benangsari, putik, dan tangkai tempat berdirinya bunga. Hasil dari pengamatan dimasukan kedalam table data.
IV. Hasil Pengamatan
A. Bunga Euphorbia mili
Gambar Keterangan
Pink pucat
Warna mahkota bernoktah
Benang sari warna oranye 5 buah
Lebar mahkota 2cm
Putik 3 buah masing-masing bercabang 2 warna merah
Bunga pada cabang ketiga
Merah
Mahkota tidak bernoktah
Benang sari oranye kemerahan 5 buah
Lebar mahkota 1,4 cm
Putik 3 buah berwarna merah
Bunga pada cabang kedua
Coklat
Mahkota tidak bernoktah
Benang sari berwarna kuning
Lebar mahkota 1,3 cm
Putik tidak terdeteksi
Bunga pada cabang ketiga
Kuning bertepi oranye
Mahkota tidak bernoktah
Benang sari berwarna kuning
Lebar mahkota 1 cm
Putik 3 buah bertangkai oranye berkepala merah
Bunga pada cabang ketiga
Hijau dengan pusat berwarna merah
Mahkota tidak bernoktah
Benang sari tidak terdeteksi
Lebar mahkota 1,4 cm
Putik tidak terdeteksi
Bunga pada cabang tangkai ketiga
Oranye muda
Mahkota tidak bernoktah
Benang sari berwarna oranye 5 buah
Lebar mahkota 1,2 cm
Putik 1 buah ukurannya besar
Bunga pada cabang ketiga
Kuning bertepi merah
Mahkota tidak bernoktah
Benang sari oranye kehijauan
Lebag mahkota 1 cm
Putik 3 buah berwarna merah
Bunga pada tangkai ketiga
Kuning
Mahkota tidak bernoktah
Benang sari berwarna kuning
Lebar mahkota 0,6cm
Putik 1 buah berwarna merah
Bunga pada tangkai ketiga
Merah hati
Mahkota bernoktah
Benang sari berwarna merah
Lebar mahkota 1,5 cm
Putik tidak terdeteksi
Bunga pada tangkai ketiga

Pink
Mahkota tidak bernoktah
Benang sari berwarna merah
Lebar mahkota 1,2 cm
Putik 3 buah berwarna merah
Bunga pada tangkai ke lima
Coklat kekuningan
Mahkota tidak bernoktah
Benang sari berwarna kuning
Lebar mahkota 1,7 cm
Putik tidak terdeteksi
Bunga pada tangkai kedua
Coklat bertepi merah
Mahkota tidak bernoktah
Benang sari berwarna kuning
Lebar mahkota 1,7 cm
Putik tidak terdeteksi
Bunga pada tangkai kedua
Pink pucat
Mahkota tidak bernoktah
Benang sari berwarna kuning
Lebar mahkota 1,6 cm
Putik 3 buah berwarna merah
Bunga pada tangkai keempat
Oranye kekuningan
Mahkota bernoktah
Benang sari berwarna merah
Lebar mahkota 1,5 cm
Putik 3 buah berwarna oranye
Bunga pada tangkai keempat
Pink
Mahkota bernoktah
Benang sari berwarna kuning
Lebar mahkota 1,3 cm
Putik 3 buah berwarna merah
Bunga pada tangkai keempat
Orange dengan pusat kekuningan
Mahkota tidak bernoktah
Benang sari berwarna Orange
Lebar mahkota 1,7 cm
Putik tidak terdeteksi
Bunga pada tangkai keempat

Merah bertepi hijau
Mahkota tidak bernoktah
Benang sari berwarna merah
Lebar mahkota 1,6 cm
Putik tidak terdeteksi
Bunga pada tangkai kedua

Orange dengan pusat kuning
Mahkota tidak bernoktah
Lebar mahkota 0,8 cm
Benang sari tidak terdeteksi
Putik 3 buah berwarna putih
Bunga pada tangkai kedua
Pink pucat dengan pusat kekuningan
Mahkota tidak bernoktah
Benang sariberwarna kuning
Lebar mahkota 1,7 cm
Putik 3 buah berwarna merah
Bunga pada tangkai keempat
Orange kecoklatan
Mahkota tidak bernoktah
Benang sari tidak terdeteksi
Lebar mahkota 1,6 cm
Putik tidak terdeteksi
Bunga pada tangkai kedua

B. Pohon Lantana
Variasi Gambar
Tepi Daun
o Tumpul
o Tajam
Pangkal Daun
o Rata
o Membulat
o Meruncing
 Ujung Daun
o Runcing
o Meruncing
o Membulat
Warna Bunga
o Ungu
o Putih
o Orange
o Ungu dengan Pusat Orange

Panjang Daun
o 1,5
o 2,5
o 3
o 1,8
o 2,2
o 2,3
o 2,8
o 2
o 2,4
Lebar Daun Penumpu
o 0,5
o 0,1



V. Pembahasan
A. Bunga Euphorbia
Bunga euphorbia sudah lama kita kenal. Bunganya kecil-kecil dengan jumlah yang banyak. Batangnya memilliki duri yang banyak. Euphorbia termasuk tanaman yang tidk begitu memerlukan banyak air pada saat kering euphorbia cukup disiram sekali sehari namun pada saat udara lembab atau teduh cukup disiram 2 -3 hari sekali.
Euphorbia yang biasanya menjadi tanaman hias pengisi taman-taman rumah ternyata memiliki beberapa variasi mulai dari warna bunga yang banyak sekali macamnya, mahkota bunganya ada yang bernoktah dan ada yang mulus serta ada yang dengan bercak.Warna benangsarinya juga berbeda, kedudukan bunga pada tangkai, daunnya ,duri-durinya serta batangnya juga memiliki variasi yang cukup beragam. Sehingga tidak salah kalau euphorbia banyak dikoleksi oleh para kolektor tanaman karena variasinya.
Pada pengamatan yang kami lakukan, kami hanya mengambil variasi dari bunga euphorbia saja, Yang kami amati antara lain bagian mahkota mulai dari warnanya dengan variasi Pink pucat , Merah, Coklat ,Kuning bertepi oranye, Hijau dengan pusat berwarna merah, Oranye mud, Kuning bertepi merah, Kuning, Merah hati, Pink, Coklat kekuningan, Coklat bertepi merah, Oranye kekuningan, Orange dengan pusat kekuningan, Merah bertepi hijau, Orange dengan pusat kuning, Pink pucat dengan pusat kekuningan, Orange kecoklatan. Ada 18 variasi yang kami temukan berdasarkan warna mahkotanya saja.
Berdasarkan kedudukan bunga pada tangkai, variasi yang kami temukan adalah bunga pada cabang tangkai bunga kedua, ketiga, keempat dan kelima. Variasi besar kecilnya bunga dengan mengukur diameter mahkota ada bebrapa variasi yaitu:
1,2 cm, 2cm, 1,4 cm, 1,3 cm, 1 cm, 1,4 cm 1,2 cm, 1 cm,
0,6cm, 1,5 cm, 1,7 cm, 1,6 cm, 1,5 cm, 1,3 cm, 0,8 cm,
1,6 cm, 1,7 cm.
Gb.1 Cara Pengukuran Lebar Mahkota
Berdasarakan ada tidaknya noktah pada warna mahkotanya dibagi menjadi dua kategori yaitu yang bernoktah dan yang tidak bernoktah.Variasi juga terdapat pada benangsarinya yaitu benangsari dengan warna oranye, oranye kemerahan , kuning, oranye kehijauan, merah.Sedangkan Untu variasi pada putik antara lain Putik 3 buah masing-masing bercabang 2 warna merah, Putik 3 buah berwarna merah, Putik 3 buah bertangkai oranye berkepala merah, Putik 1 buah ukurannya besar ,Putik 1 buah berwarna merah, Putik 3 buah berwarna merah,Putik 3 buah berwarna oranye, Putik 3 buah berwarna putih.

B. Bunga lantana
Bunga lantana merupakan tanaman pendek dengan bunga majemuk dan berbagai variasi. Pada pengamatan yang kami lakukan, kami menemukan beberapa variasi pada tanaman tersebut. Antara lain warna bunga, ujung daun, pangkal daun, tepi daun, panjang daun yang di ketiaknya tumbuh bunga, dan panjang daun penumpu bunga.
Variasi tersebut yaitu, pada warna bunga ada empat variasi. Putih, orange, ungu, ungu dengan pusat orange. Pada pangkal daun terdapat tiga variasi yaitu, rata , membulat dan meruncing. Untuk ujung daun variasinya adalah , runcing, meruncing dan membulat. Variasi besarnya daun penumpu terbagi menjadi 2 yaitu bunga dengan daun penumpu kecil (0,1)cm dan bunga dengan daun penumpu besar (0,5 cm).

VI. Kesimpulan
Pada pengamatan yang kami lakukan dapat disimpulkan :
1. Euphorbia mempunyai keanekaragaman variasi begitu pula pohon lantana.
2. Variasi pada euphorbia yang kami temukan berupa perbedaan warna mahkota, ada tidaknya noktah pada mahkota, lebarnya mahkota, warna dan jumlah putik, kedudukan bunga pada tangkai, dan variasi pada benangsari.
3. Pada Lantana Variasi yang kami temukan warna bunga, ujung daun, pangkal daun, tepi daun, panjang daun yang di ketiaknya tumbuh bunga, dan panjang daun penumpu bunga
4. Bunga euphorbia dan lantana dapat dijadikan salah satu contoh keanekaragaman variasi tanaman.
5. Keduanya merupakan contoh variasi tingkat spesies.

DAFTAR PUSTAKA
Raharjo Sugeng Utomo. 2007.Koleksi kembangku Part 4. Diunduh dari http//:www.euphorbia.blogspot.com. diakses pada tanggal 12 oktober 2009.
Rondonuwu, Suleman. 1989. Dasar-Dasar Genetika.Jakarta: Debdikbud
Widianti, Tuti dan Noor Aini Habibah. 2009. Bahan Ajar Genetika. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA UNNES.
Widianti, Tuti dan Noor Aini Habibah. 2009. Petunjuk Praktikum Genetika. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA UNNES.

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM
Oleh:

Nama : A’dzjio Ceae
NIM : 07460877
ingat Allah. Ingat Nabi
(IAIN)
Syekh Nurjati
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu aspek yang penting pada organisme hidup adalah kemampuannya untuk melakukan reproduksi dan dengan demikian dapat melestarikan jenisnya. Pada organisme yang berkembang biak secara seksual individu baru adalah hasil kombinasi informasi genetik yang di sumbangkan oleh 2 gamet yang berbeda yang berasal dari kedua parentalnya.
Genetika merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi ilmu terapan, misalnya pemuliaan tanaman dan hewan, masalah penyakit dan kelainan pada tubuh manusia. Beberapa istilah yang sering digunakan dalam bidang genetika ini seperti : gen, genotif, resesif, dominan, alela, homozigot, heterozigot hendaknya sudah diketahui dan dipahami.
Ciri-ciri yang diamati (secara kolektif dan fenotif) suatu organisme dikendalikan oleh gen. Pada orgabnisme diploid setiap sifat fenotiof dikendalikan oleh setidak-tidaknya oleh satu pasang gen satu anggota pasangan tersebut diwariskan dari setiap induknya. Jika anggota pasangan tadi berlainan dalam efeknya yang tepat terhadap fenotifnya maka disebut alelik. Alel adalah bentuk alternatif suatu gen tunggal seperti misalnya gen yang mengendalikan warna bniji pada ercis.
Suatu organisme dengan sepasang alel yang identik untuk sifat tertentu dikatakan bersifat homozigot terhadap alelnya, dan satu dengan alel yang berlainan disebut heterozigot. Pada heterozigot, satu alel dapat dinyatakan dengan menyatakan atau meniadakan yang lainnya (dominasi). Atau kedua-duanya alel itu dapat berpengaruh terhadap fenotipnya (kodomonasi/resesif).
Bila gamet–gamet (spora pada tumbuhan) terbentuk karena meiosis, pasangan–pasangan gen menjadi terpisah–pisah dan didistribusikan satu–satu kepada setiap gamet atau spora (Hukum Mendel tentang seregasi).
Mendel menemukan bahwa pewarisan satu pasangan gen sama sekali tidak bergantung pada pewarisan pasangan lainnya (Hukum pemilahan bebas). Beberapa sifat dikendalikan secara aditif oleh lebih dari satu pasang alel. Pewarisan poligenik atau faktor berganda sedemikian rupa merupakan kekhasan sifat, seperti contoh pada berat tubuh, yang cenderung beragam dalam suatu cara yang berkesinambungan dari suatu ekstrim kepada yang lain, dengan sebagian individunya mempunyai suatu fenotip diantara ekstrim-ekstrimnya.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui golongan darah seseorang yang diturunkan dari tetuanya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Darah adalah cairan yang berwarna merah yang terdapat dalam pembuluh darah. Volume darah manusia ± 7 % dari berat badan atau ± 5 liter untuk laki–laki dan 4,5 liter untuk perempuan. Penyimpanan darah dapat dilakukan dengan memberikan natrium sitrat atau natrium oksalat, karena garam–garam ini menyingkirkan ion–ion kalsium dari darah yang berperan penting dalam proses pembekuan darah (Abbas, 1997).
Darah merupakan suspensi sel dan fragmen sitoplasma di dalam cairan yang disebut dengan plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interselular yang berbentuk plasma. Secara fungsional darah merupakan jaringan pengikat yang dalam artiannya menghubungkan seluruh bagian-bagian dalam tubuh sehingga merupakan integritas. Darah yang merupakan suspensi tersebut terdapat gen, dimana gen merupakan ciri-ciri yang dapat diamati secara kolektif atau fenotifnya dari suatu organisme. Pada organisme diploid, setiap sifat fenotif dikendalikan oleh setidak-tidaknya satu pasang gen dimana satu pasang anggota tersebut diwariskan dari setiap tertua. Jika anggota pasangan tadi berlainan dalam efeknya yang tepat terhadap fenotifnya, maka disebut alelik. Alel adalah bentuk alternatif suatu gen tunggal, misalnya gen yang mengendalikan sifat keturunannya (Subowo. 1992).
Penggumpalan darah terjadi karena fibrinogen (protein yang larut dalam plasma) diubah menjadi fibrin yang berupa jaring-jaring. Perubahan tersebut disebabkan oleh trombin yang terdapat dalam darah sebagai pritrombin. Pembentukan trombin dari protrombin tergantung pada adanya tromboplastin dan ion Ca2+ (Poejadi, 1994).
Darah mempunyai fungsi antara lain: mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, mengangkut karbondioksioda dari jaringan tubuh ke paru-paru, mengangkut sari-sari makanan ke seluruh tubuh, mengangkut sisa-sisa makanan dari seluruh jaringan tubuh ke alat-alat ekskresi, mengangkut hormon dari kelenjar endokrin ke bagian tubuh tertentu, mengangkut air untuk diedarkan ke seluruh tubuh, menjaga stabilitas suhu tubuh dengan memindahkan panas yang dihasilkan oleh alat-alat tubuh yang aktif ke alat-alat tubuh yang tidak aktif, menjaga tubuh dari infeksi kuman dengan membentuk antibodi (Abbas, 1997).
Golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh alel ganda. Golongan darah seseorang dapat mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Sistem penggolongan yang umum dikenal dalam sistem ABO. Pada tahun 1900 dan 1901 Landstainer menemukan bahwa penggumpalan darah (Aglutinasi) kadang-kadang terjadi apabila eritrosit seseorang dicampur dengan serum darah orang lain. Pada orang lain lagi, campuran tersebut tidak mengakibatkan penggumpalan darah. Berdasarkan hal tersebut Landstainer membagi golongan darah manusia menjadi 4 golongan, yaitu: A, B, AB, dan O. Dalam hal ini di dalam eritrosit terdapat antigen dan aglutinogen, sedangkan dalam serumnya terkandung zat anti yang disebut sebagai antibodi atau aglutinin. Dikenal 2 macam antigen yaitu α dan β, sedangkan zat antinya dibedakan sebagai anti A dan anti B. Antigen dan antibodi yang dikandung oleh darah seseorang dengan golongan darah tertentu adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Antigen dan Antibodi yang dikandung oleh darah seseorang
Golongan Antigen Zat anti
A α B
B β A
AB - A + B
O α maupun β -
Bila antigen α bertemu dengan anti A dalam darah seseorang maka akan terjadi penggumpalan darah dan dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan hal ini golongan darah penting sekali untuk diperhatikan, terutama dalam transfusi darah. Untuk menghindari jangan sampai terjadi penggumpalan, maka sebelum dilakukan transfusi darah, baik darah si pemberi (donor) maupun si penerima (resipien) harus diperiksa atau diketahui terlebih dahulu golongan darahnya (Kimball, 1990).
Golongan darah menurut system ABO, pada permulaan abad ini K. Landsteiner menemukan bahwa penggumpalan darah kadang-kadang terjadi apabila sel darah merah seseorang dicampur dengan serum darah orang lain. Akan tetapi pada orang lain campuran tadi tidak mengakibatkan penggumpalan darah. Berdasarkan reaksi tadi maka Landsteiner membagi orang menjadi tiga golongan yaitu A, B, dan O. Golongan keempat yang jarang ditemui yaitu golongan darah AB telah ditemukan oleh dua orang mahasiswa Landsteiner yaitu A. V. Von Decastelo dan A. Sturli pada tahun 1902. Golongan darah menurut system MNSs, dalam tahun 1972 K. Landsteiner dan P. Levine menemukan antigen baru yang disebut antigen-M dan antigen-N. Dikatakan bahwa sel darah merah seseorang dapat mengandung salah satu atau kedua antigen tersebut. Golongan darah menurut sistem Rh, K. Landsteiner dan A. S. Wiener pada tahun 1940 menemukan antigen baru lagi yang dinamakan faktor Rh (singkatan dari kata Rhesus, ialah sejenis kera di India yang dulu banyak dipakai untuk penyelidikan darah orang). Golongan darah dibedakan atas dua kelompok, yaitu: Golongan darah Rh positif (Rh+) ialah orang yang memiliki antigen Rh dalam eritrositnya sehingga waktu darahnya dites dengan anti serum yang mengandung anti Rh maka eritrositnya menggumpal, golongan darah Rh negatife (Rh-) ialah orang yang tidak memiliki antigen Rh di dalan eritrositnya, sehingga eritrositnya tidak menggumpal pada waktu dites (Suryo, 2001).
Menurut sistem A, B, O, ada 4 macam golongan darah, berdasarkan macam aglutinogennya. Keempat golongan darah itu ditentukan oleh 3 macam alela yang diberi simbol I ( isoaglutinogen): gen IA pembentuk aglutinogen A, gen IB pembentuk aglutinogen B, gen IO yang tidak dapat membentuk aglutinogen (Foster, 2002).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 5 Desember 2007 pukul 08.00-10.00, bertempat di Laboratorium Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah objek glass, jarum franke atau blood lanset, tusuk gigi yang bersih dan kering, dan kaca pembesar atau mikroskop.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah darah manusia, serum anti A dan anti B, kapas dan alkohol 70 %.
3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan objek glass dan memberi tanda untuk serum anti A dan serum anti B berdampingan.
2. Membersihkan bagian jari tangan yang akan ditusuk (diambil darahnya) dengan kapas beralkohol 70 %. Kemudian menusuk dengan blood lanset dan meneteskan pada masing-masing bagian objek glass tadi.
3. Menambahkan 2 tetes serum pada masing-masing tetes darah, yang satu dengan anti A dan yang lain dengan anti B. Kemudian mencampurkan/meratakan dengan baik hingga membentuk gambaran oval.
4. Mengamati dan menentukan golongan darahnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Golongan Darah Anti B Anti A Keterangan
1. A • Anti A:
• Menggumpal
• Anti B:
• Tidak menggumpal
2. B • Anti A:
• Tidak menggumpal
• Anti B:
• Menggumpal
3. AB • Anti A:
• Menggumpal
• Anti B:
• Menggumpal
4. O • Anti A:
• Tidak menggumpal
• Anti B:
• Tidak menggumpal
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh alel ganda dan golongan darah seseorang dapat mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Pada objek glass yang terdapat darah terlihat, setelah darah tersebut ditetesi anti A maka darah tidak mengalami penggumpalan dan setelah ditetesi anti B maka darah tersebut mengalami penggumpalan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel darah yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah bergolongan B.
Apabila antigen  bertemu dengan anti A dalam darah seseorang, maka akan terjadi penggumpalan darah dan dapat menyebabkan kematian. Hal ini berarti golongan darah orang tersebut adalah A.Apabila antigen  bertemu dengan anti B dalam darah seseorang, maka akan terjadi penggumpalan darah dan dapat menyebabkan kematian. Hal ini berarti golongan darah orang tersebut adalah B.
Apabila dalam darah seseorang diberi zat anti A, maka akan terjadi penggumpalan. Begitu juga bila darah orang tersebut diberi zat anti B. Hal ini berarti golongan darah orang itu adalah AB. Apabila dalam darah seseorang diberi zat anti A dan zat anti B tidak mengalami penggumpalan, maka golongan darah orang tersebut adalah O. Berdasarkan hal ini, golongan darah penting sekali untuk diperhatikan, terutama dalam transfusi darah. Golongan darah seseorang harus diperiksa terlebih dahulu sebelum melakukan transfusi darah baik darah si pemberi (donor) maupun si penerima (resepien) untuk menghindari terjadinya penggumpalan atau aglutinasi.
Antingen adalah sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam produksi antibodi. Antingen biasanya berupa protein atau polisarida, tetapi dapat juga berupa molekul lainnya, termasuk molekul kecil dipasangkan dengan protein pembawa. Anti gen ini dibagi menjadi anti gen A dan anti gen B. dimana anti gen A hanya terdapat dan dihasilkan pada seseorang bergolongan darah A dan O, sedangkan anti gen B hanya terdapat pada seseorang bergolongan darah B dan O. Serum adalah zat anti yang disebut sebagai antibodi atau agglutinin yang dihasilkan di dalam sel darahnya, sehingga yang disebut dengan anti serum adalah zat anti atau agglutinin yang tidak dihasilkan seseorang di dalam sel darahnya.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan sistem ABO, darah terbagi atas empat golongan, yaitu golongan darah A, B, AB, dan O.]
2. Golongan darah A, B, AB, dominan terhadap O. Golongan darah O muncul dalam keadaan resesif.
3. Golongan darah disebabkan oleh alel ganda.
4. Pengetahuan tentang golongan darah sangat penting untuk kebutuhan transfusi darah.
5. Golongan darah A mengandung antigen  dan zat anti B, golongan darah B mengandung antigen  dan zat anti A, golongan darah AB mengandung zat anti A + B dan golongan darah O mengandung antigen  maupun .
5.2 Saran
Dalam hal ini, peranan asisten sangat diperlukan untuk memberikan penjelasan tentang golongan darah terutama menyangkut antigen dan zat anti yang terkandung di dalam darah, karena kebanyakan praktikan mengalami kesulitan dalam membedakan antara golongan darah yang satu dengan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, M. 1997. Biologi Cetakan KeTiga. Yudistira. Jakarta.
Foster, B. 2002. Buku Pelajaran Siap SPMB IPA. Ganesha Operation. Bandung.
Kimball, J. W. 1990. Biologi Jilid 1, 2, dan 3. Erlangga. Jakarta.
Krisdianto, dan kawan-kawan. 2005. Penuntun Praktikum Biologi Umum. FMIPA Universitas Lambung Mangkurat.Banjarbaru.
Poejadi, A. 1994. Dasar – Dasar Biokimia. Universitas Indonesia. Yogyakarta.
Subowo. 1992. Histologi Umum. Bumi Aksara. Jakarta.
Suryo. 2001. Genetika Manusia Cetakan Kesembilan. UGM Press. Yogyakarta


LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA TUMBUHAN
GENETIKA POPULASI


Oleh:

Nama : A’dzjio Ceae
NIM : 07460877
ingat Allah. Ingat Nabi
(IAIN)
Syekh Nurjati

I. TUJUAN

1. Mengamati fenotip dari sifat arah putaran rambut (hair whorl rotation), ear lobe, widows peak, tongue rolling, pada populasi peserta praktikum genetika. 2. Mengetahui cara menghitung frekuensi gen, sifat morfologi, dan sifat tingkah laku dengan menggunakan metode Hardy-wenberg
.
II.TEORI
Populasi adalah suatu kelompok individu sejenis yang hidup pada suatu daerah tertentu. Genetik populasi adalah cabang dari ilmu genetika yang mempelajari gen-gen dalam populasi dan menguraikannya secara matematik akibat dari keturunan pada tingkat populasi. Suatu populasi dikatakan seimbang apabila frekuensi gen dan frekuensi genetik berada dalam keadaan tetap dari setiap generasi (Suryo 1994: 344)Frekuensi adalah perbandingan banyaknya individu dalam suatu kelas terhadap jumla seluruh individu. Frekuensi alel adalah perbandingan suatu alel setiap individu dalam suatu kelas terhadap jumlah seluruh individu (suryo 2003: 379). Frekuensi alel sangat penting dalam genetika populasi karena alel dapat mengakibatkan individu memiliki sifat yang bervariasi (Klug & 1Cummings 1994: 731).Prinsip populasi tersebut di atas disebut dengan prinsip ”Equilibrum Hardy-Wenberg”. Populasi harus memenuhi beberapa syarat agar berada dalam keadaan seimbang dan memenuhi hukum ”Equilibrum Hardy-Wenberg”.beberapa syaratnya antara lain:1.Tidak terjadi mutasi. Jika terjadi mutasi maka frekuensi gen atau genetik yang muncul akan terjadi perubahan.2.Tidak terjadi migrasi. Migrasi dapat menyebabkan terjadinya perpindahan gen antara suatu populasi dengan populasi yang lain.3.Jumlah populasi besar. Jumlah populasi yang besar dapat mempermudah untuk melihat perbandingan setiap frekuensi gen atau genetik yang muncul.4.Random genetic drift. Perubahan frekuensi gen dalam suatu populasi.5.tidak terjadi seleksi alam.6.adanya perkawinan secara acak. Perkawinan secara acak dapat memperbanyak variasi genetik. (Ridley 1993: 131; Russell 1994: 504; Campbell dkk2002: 266).Dalam hukum Hardy-Wenberg, keseimbangan akan terpenuhi jika memenuhi persamaan berikut:
A (p)a (q)A (p)AA(p2)Aa(pq)a (q)Aa(pq)aa(q2) (p + q)2 = 1 jadi p + q = 1

karena p = frekuensi alel A q = frekuensi alel ajadi, p2 + 2pq + q2 = 1keterangan:a.p adalah alel dominan. Apabila dominan homozigot dilambangkan dengan p2.b.pq adalah sifat dominana heterozigot. c.q adalah alel resesif dan dilambangkan dengan q2(Suryo 1994: 379).Populasi yang termsuk dalam hukum Hardy-Wenberg adalah populasi yang jumlah frekuensi gen atau alel tetap pada setiap generasi. Jadi memenuhi syarat hukum Hardy-Wenberg. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi frekuensi gen antara lain:

1.Terjadinya mutasi. Mutasi dapat mengakibatkan perubahan genotipe sampai perubahan fenotipe pada suatu organisme. Mutasi kromosom dapat menyebabkan perubahan fenotipe pada makhluk hidup atau tidak berdampak sama sekali sehingga tidak terjadi perubahan fenotipe atau penampakan (Russell 1994: 378).

2.Terjadinya seleksi alam. Kemampuan organisme beradaptasi terhadap perubahan lingkungan berbeda-beda. Organisme yang mampu beradaptasi dapat terus mempertahankan dirinya sementara organisme
lain yang kemapuan beradaptasinya rendah akan mengalami seleksi alam hinga akhirnya punah. Adaptasi statu organisme untuk terus bertahan hidup merupakan proses terjadinya evolusi. Seleksi alam Sangay mempengaruhi frekuensi gen, apabila suatu organisme dalam populasi mengalami kepunahan akibat seleksi alam maka frekuensi gen dapat berkurang seiring dengan kepunahan organisme tersebut ( Klug & Cummings 1994: 739--740).

3.Mekanisme pemisahan, yaitu setiap mekanisme yang menghambat terjadinya pertukaran gen. Mekanisme dapat meliputi mekanisme geografis atau mekanisme lain yang menhalangi pertukaran gen dalam suatu populsi yang berada pada daerah yan sama (Suryo 1994: 384).

4.Genetics drift, yaitu berubahnya frekuensi gen dalam statu populasi. Frekuensi gen dalam statu populasi apat naik-turun karena setiap individu dalam populasi memiliki alel tertentu yang keadaannya homozigot atau heteroziot. Luas fluktuasi frekuensi gen disebut dengan “Random Genetics Drift” (Suryo 1994: 388)

5. Gene flow. Gene flowdapat terjadi apabila statu individu pergi meninggalkan populasi asal atau melakukan emigrasi ke populasi lain dan masuknya individu ke dalam populasi yang berbeda sehingga mengakibatkan perubahan alel pada individu (Klug & Cummings 1994: 745).

6.Inbreeding, yaitu perkawinan antara individu yang memiliki hubungan keluarga yang dekat. Inbreeding mengakibatkan frekuensi gen tetap
sehingga variasi dalam populasi akan berkurang (Klug & Cummings 1994: 745) Sifat-sifat yang dipengaruhi oleh faktor genetika antara lain :
1.Widows peak, yaitu sejenis kontur yang menjorok keluar dari batas rambut di dahi. Sifat widows peak ditentukan oleh alel dominan W dan yang resesif dengan alel w. Gen WW dan Ww menunjukan sifat widows peak. Gen ww menunjukan sifat sebaliknya yaitu tidak widows peak (Jones & Richard 1992: 173)
2.Ear-lobe,yaitu cuping menempel yang dibedakan menjadi cuping menempel dan cuping tidak menempel/ cuping bebas. Cuping bebas merupakan sifat dominan dengan alel F. Cuping menempel merupakan sifat resesif dengan alel f. Gen FF dan Ff menunjukan sifat cuping tidak enempel. Sedangkan gen ff menunjukan sifat cuping yang menempel (Jones & Richard 1994: 173)
3.Crown hair whorl,yaitu arah putaran rambut pada manusia yang searah putaran jarum jam dan merupakan sifat yang dominan disimbolkan dengan alel C. Arah putaran rambut yang berlawanan arah jarum jam merupkan sifat yang resesif dengan alel c. Gen CC dan Cc merupakan arah putaran rambut yang searah jarum jam (dextral). Gen cc merupakan gen yang menunjukan arah putaran rambut yang berlawanan dengan arah jarum jam (sinistral) Jones & Richard 1992: 173).4.Sifat tingkah laku yang dipengaruhi oleh gen adalah melipat lidah atau tongue rolling. Kemampuan melipat lidah merupakan sifat dominantdengan alel R. Sifat yang tidak mampu melipat lidah merupakan sifat resesif dengan simbol r. Gen RR dan Rr membawa sifat mampu melipat lidah. Gen rr menunjukan sufat tidak mampu melipat lidah (Jones & Richad 1992: 173).

III. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJAA. ALAT
Kertas, pulpen/ pensil, penggaris, penghapus, kalkulator.

B.BAHAN
bahan yang digunakan dalam praktikum hádala anggota tubuh (rambut, lidah, dan telinga) para peserta praktikum genetik tahun 2007 paralel I.

C.CARA KERJA
Fenotipe semua peserta prakikum genética 2007 paralel I diperiksa dari keempat sifat yaitu: widpws peak, tongue rolling, ear-lobe, dan hair whorl rotation.Setelah diamati, data yang didapat dikumpulkan dan ditabulasikan.

IV. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 1 di lampiran.

V.PEMBAHASAN

Hukum Hardy-Wenberg merupakan keadaan populasi dalam keadaan
seimbang. Populasi dapat dikatakan dalam keadaan seimbang jika populasi tersebut memenuhi hukum Hardy-Wenberg. Untuk dapat dalam keadaan seimbang, suatu populasi harus memenuhi syarat-syarat pada hukum Hardy-Wenberg (Ridley 1993: 131; Russell 1994: 504; Campbell dkk 2002: 266).Ciri-ciri populasi yang termasuk dalam hukum Hardy-Wenberg yaitu dalam populasi tidak terjadi mutasi, tidak terjadi migrasi, tidak ada selesi alam, genetic drift, dan inbreeding. Jika ciri-ciri tersebut tlah dipenuhi oleh suatu populasi maka populasi tersebut dapat dikatakan dalam keadaan seimbang. Jadi frekuensi gen dan frekuensi alel berada dalam keadaan yang tetap dari generasi ke generasi. Dalam praktikum bahan yang digunakan adalah praktikan genetika paralel I. Hal-hal yang diamati adalah cuping telinga, arah putaran rambut, tingkah laku lidah, dan bentuk rambut bagian dahi. Cuping telinga terdapat keadaan ear-lobe yaitu cuping telinga yang menempel. Arah putaran rambut (crown hair whorl) yang dominan adalah putaran yang searah jarum jam (dextral). Sedangkan yang arah putarannya berlawanan arah jarum jam bersifat resesif. Tingkah laku lidah yang dapat melipat (tongue rolling) juga bersifat dominan. Sedangkan yang tidak dapat melipat lidah bersifat resesif. Sifat widows peak adalah jenis kontur rambut yang menjorok ke dahi. Sifat widows peak bersifat dominan (Jones & Richard 1992: 173)Berdasarkan pengamatan selama praktikum terdapat sifat earlobe yang tidak menempel sebanyak 27 orang dari 39 orang, sedangkan yang menempel sebanyak 12 orang dari 39 orang. Dari sifat crown hair whorl
didapat yang searah jarum jam sebanyak 25 orang dan yang berlawanan arah jarum jam sebanyak 14 orang dari 39 orang. Sifat tongue rolling, yang dapat melipat lidah terdapat sebanyak 24 orang dan yang tidak dapat melipat lidah sebanyak 15 orang dari 39 orang. widows peak, terdapat sebanyak 12 orang yang memiliki rambut widows peak dan 27 orang yang tidak bersifat widows peak. Jika diperhatikan populasi praktikan genetika paralel I memenuhi hukum Hardy-Wenberg karena dalam populasi tidak terjadi mutasi,migrasi, seleksi alam, genetic drift, dan inbreeding (Suryo 1994: 378).Suatu populasi dapat tidak berada dalam hukum Hardy-Wenberg. Hal tersebut dapat terjadi karena ada faktor-faktor yang dapat ikut mempengaruhi frekuensi gen atau alel. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi adalah mutasi, migrasi, seleksi alam, genetics drift, mekanisme pemisahan, gene flow, dan inbreeding.

VI. KESIMPULAN

1.Sifat morfologi dipengaruhi oleh faktor genetik antara lain arah putaran rambut (hair whorl rotation), ear-lobe, widows peak, serta sifat tingkah laku yaitu kemampuan melipat lidah.
2.Untuk menghitung jumlah frekuensi gen, sifat morfologi, dan tingkah laku dapat digunakan hukum Hardy-Wenberg dengan persamaan:p2 + 2pq + q2 = 1 dimana (p + q)2 = 1 maka p + q = 1


VI.DAFTAR ACUAN
• Campbell, N. A., J. B. Reece & L.G. Mitchell. 1999. Biologi ed ke-5. terjemahan dari
• Biology. 5th ed, oleh Lestari. Erlangga. Jakarta: xxi + 438 hlm.Jones, R.N. & G.K.
• Richard. 1992. Practical Genetics. Open University Press, Milton Keynes: xii + 228 hlm.Klug, W.S & M.R. Cummings. 1994. Concept of Genetics. 4th ed. Prentice Hall. New Jersey: xvi + 837 hlm.Ridley, M. 1993. Evolution. Black well scientific publication. Massachusetts: vii + 670 hlm.Russell, P.J. 1994. Fundamental of Gentics. Herper Collins college publisher, New York: xvi + 540 hlm.Suryo, H. 1994.
• Genetika Manusia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta: xvi + 539 hlm.