Senin, 11 Januari 2010

laporan observasi BBpadi subang

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA

BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI(BBPTP)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah: Praktikum Genetika

Dosen : Dangi M.Sc

by : A'dzjio

TARBIYAH / BILOGI-B/ V

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI

CIREBON2009

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Komoditas padi merupakan komoditas strategis yang memiliki sensivitas politik, ekonomi dan kerawanan social yang tinggi. Peran strategis beras dalam perekonomian nasional adalah :

(1) usahatani padi menyediakan kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 21 juta rumahtangga petani;

(2) merupakan bahan pokok bagi 95 persen penduduk Indonesia yang jumlahnya sekitar 205 juta jiwa, dengan pangsa konsumsi energi dan protein yang berasal dari beras diatas 55 persen; dan

(3) sekitar 30 persen dari totral pengeluaran rumahtangga miskin dialokasikan untuk beras

Lahan sawah di indonesia cukup luas untuk pengembangan padi berdasarkan AEZ sawah irigas dan tadah hujan adalah kurang lebih seluas 81.433 ha,. Sampai saat ini produktivitas nasional usahatani padi sebanyak 4,3 t/ha gabah kering giling yang lebih rendah dibanding potensi hasil 8 t/ha gkg pada varietas yang dikembangkan dalam usahatani di tingkat petani (Saragih, 2002). Produktivitas di indonesia 3,4 t/ha gkg (BPS 2004). Dengan demikian cukup banyak peluang untuk meningkatkan produktivitas melalui perbaikan teknik budidaya termasuk perbaikan varietas unggul agar sesuai untuk agroekologi spesifik. Banyak varietas unggul yang telah dihasilkan Badan Litbang, namun kurang berkembang dan kurang dimanfaatkan petani, Secara teknis hal tersebut disebabkan varietas tersebut kurang memiliki keunggulan spesifik.

B.TUJUAN

1. Mendeskripsikan karakteristik padi hibrida

2. Mendeskripsikan karakteristik varietas unggul hibrida

3. Mengetahui Wilayah potensial untuk pengembangan Padi hibrida

BAB II

HASIL OBSERVASI

Pada praktikum di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi ( BBPTP) di Kec. Sukamandi, Kabupaten subang,atau terlatak di Jl raya 9 Sukamandi Subang, jabar, Maka dapat diperoleh bahwa dengan berkembangnya teknologi, Untuk dapat menghasilkan padi yang bermutu tinggi serta berkualitas bagus, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi ( BBPTP) Sukamandi melakukan berbagai cara untuk dapat memperoleh hasil panen yang baik, Adapun cara yang dilakukan diantaranya melalui program varietas padi dan program pemuliaan padi.

Pada program varietas padi dilakukan dengan beberapa cara yakni Untuk meningkatkan hasil produktivitas padi yang baik , maka dilakukan melalui program pemuliaan padi dan teknik-teknik genetika .Perbaikan mutu hasil panen padi yang dramatis telah berhasil dilakukan dalam lingkungan yang terkendali terhadap tanaman padi dalam batas-batas tertentu .” Revolusi hijau “ beberapa varietas padi merupakan contoh yang baik .Adapun kemajuan pesat dari peningkatan hasil produktivitas padi tergantung pada:

1. Varietas baru yang dikembangkan melalui pemuliaan secara sistematik dan ilmiah

2. Perbaikan dalam teknik pembudidayaan tanaman

3. Pemupukan dengan zat kimia , khususnya nitrogen

4. Fungisida , insektisida, dan herbisida

5. Perbaikan kualitas tanah

Selain faktor diatas, kualitas juga merupakan suiatu komponen yang memberikan nilai tambah pada tanaman budidaya. Pada panen, batasan kualitas ini tergantung pada jenis tanaman dan tujuan penggunaanya. Kualitas juga merupakan komponen yang penting bagi setiap program pemuliaan padi.

Peningkatan produksi padi tidakhanya ditentukan oleh tingginya produktivitas suatu varietas,tetapi juga oleh stabilitas hasil varietas tersebut. Stabilitas varietas padi ditentukan pula oleh ketahanannya terhadap hama dan penyakit tanaman seperti hama wereng batang coklat (Nilaparvatalugens) dan penyakit hawar daun bakteri (Xanthomonas oryzae pv.oryzae

Di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi ( BBPTP) Peningkatan hasil panen merupakan sasaran akhir pada setiap program pemuliaan padi.Angka besaran dalam panen tergantung pada jenis padinya. Besaran panen dapat di ukur dalam bentuk ton per hektar pada tanaman bahan makanan manusia yakni padi. Seiring perkembangan zaman, maka kebutuhan manusia pun bertambah, sehingga jumlah produktivitas padi pun harus meningkat. Oleh Karena itu diperlukan usaha untuk dapat meningkatkan hasil panen yang baik.

Salah satu usaha yang telah dilakukan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi ( BBPTP) ini adalah budi daya padi hibrida. hibrida secara definitif berarti turunan pertama (F1) dari persilangan antara dua varietas yang berbeda. Varietas hibrida mampu berproduksi lebih tinggi dibandingkan varietas inbrida karena adanya pengaruh heterosis yaitu suatu kecenderungan F1 untuk tampil lebih unggul dibandingkan dua tetuanya. Heterosis tersebut dapat muncul pada semua sifat tanaman dan untuk padi hibrida diharapkan dapat muncul terutama pada sifat potensi hasil. Fenomena heterosis ini telah lama dimanfaatkan untuk pembentukan varietas jagung hibrida, dan sejak awal tahun 1970 mulai dicoba diterapkan pada tanaman padi, untuk menjawab tantangan bahwa tidak ditemukan heterosis pada kelompok tanaman menyerbuk sendiri. Pada tanaman jagung, bunga jantan dan bunga betina letaknya terpisah, sehingga untuk ’membuat’ tetua betina ( female row atau seed row) cukup dengan membuang bunga jantan ( detaselling) sebelum tepungsari masak dan tersebar. Pada tanaman padi, karena bunganya sempurna (organ jantan dan betina terletak pada satu bunga yang sama), maka organ jantan pada bunga tetua betina harus dibuat mandul dengan memasukkan gen cms ( cytoplasmic-genetic male sterility) sehingga memudahkan untuk menghasilkan benih F1 hibrida dalam jumlah yang banyak tanpa harus melakukan pembuangan bunga jantan ( emaskulasi). Penggunaan gen cms ini mengharuskan perakitan varietas padi hibrida menggunakan tiga galur, yaitu galur mandul jantan (GMJ) atau CMS (galur A), galur pelestari atau maintainer (galur B), dan tetua jantan yang sekaligus berfungsi sebagai pemulih kesuburan atau restorer (galur R). Oleh sebab itu perakitan varietas padi hibrida yang menggunakan GMJ disebut juga perakitan varietas padi hibrida dengan menggunakan metode tiga galur. Ketiga galur (A; B; dan R) tersebut harus dibuat dan diseleksi secara ketat untuk membentuk hibrida. Metode tiga galur mempunyai kelemahan antara lain produksi benihnya rumit dan tidak setiap varietas dapat dijadikan sebagai tetua untuk membentuk varietas padi hibrida, hanya varietas yang tergolong pemulih kesuburan saja yang dapat dijadikan sebagai tetua jantannya.

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) telah menghasilkan 6 varietas padi hibrida (VUH) yaitu Maro dan Rokan dilepas tahun 2002, Hipa3 dan Hipa4 dilepas tahun 2004, serta Hipa5 Ceva dan Hipa6 Jete yang dilepas tahun 2007. Varietas-varietas padi hibrida tersebut mempunyai tingkat heterosis 15-20 % lebih tinggi dibanding varietas IR64. Namun demikian varietas-varietas tersebut masih mempunyai beberapa kelemahan terutama Maro dan Rokan yang rentan terhadap wereng batang coklat (WBC), hawar daun bakteri (HDB), dan tungro (Suwarno et al., 2003) sehingga daerah pengembangannya terbatas. Hipa3 dan Hipa4 agak tahan terhadap WBC, HDB, dan tungro (Satoto et al., 2004). Sementara Hipa5 Ceva tahan WBC2, agak tahan HDB IV dan VIII, sedangkan Hipa6 Jete agak rentan WBC, HDB, maupun tungro (Satoto, et al., 2006). Di samping itu juga telah dihasilkan beberapa ’hasil antara’ seperti calon GMJ dan galur pelestarinya, sejumlah galur pemulih kesuburan baru, dan populasi generasi lanjut hasil perbaikan galur pemulih kesuburan dan pelestari. Setidaknya ada tujuh calon GMJ baru dengan keunggulannya masing-masing termasuk satu di antaranya yang merupakan galur padi tipe baru (PTB), empat galur pemulih kesuburan yang juga termasuk galur-galur PTB, dan sejumlah kombinasi hibrida harapan yang sudah berada dalam tahap uji daya hasil lanjutan.

Sasaran utama dari program penelitian padi hibrida adalah merakit varietas

padi hibrida yang adaptif terhadap kondisi lingkungan tumbuh di Indonesia dengan nilai heterosis daya hasil 20-25% lebih tinggi dibandingkan dengan varietas padi inbrida terbaik. Sesuai dengan ketersediaan plasma nutfah pembentuk padi hibrida, maka strategi dalam perakitan varietas padi hibrida secara bertahap adalah sebagai berikut

· Mengevaluasi dan menyeleksi hibrida introduksi untuk menghasilkan varietas padi hibrida introduksi

· Mengidentifikasi galur pemulih kesuburan dari program pemuliaan padi nasional yang sesuai bagi GMJ introduksi. Hasil yang diharapkan adalah varietas padi hibrida yang dibentuk dari hasil persilangan antara GMJ introduksi dan galur pemulih kesuburan hasil pemuliaan di Indonesia;

· Membuat GMJ dan galur pemulih kesuburan dengan memanfaatkan berbagai plasma nutfah yang tersedia dalam pemuliaan nasional. Hasil yang diharapkan adalah varietas padi hibrida yang dibentuk dari hasil persilangan antara GMJ dengan galur pemulih kesuburan yang dihasilkan dari program pemuliaan nasional, sehingga diharapkan lebih adaptif terhadap kondisi lingkungan tumbuh di Indonesia.

· Membuat varietas padi hibrida dengan materi pemuliaan PTB. Hasil yang diharapkan adalah varietas padi tipe baru hibrida, dengan potensi hasil 15-20% lebih tinggi dari VUTB atau 20-40% lebih tinggi dari VUB terbaik.

· Penerapan bioteknologi untuk mempercepat dan meningkatkan efisiensi proses pemuliaan padi hibrida. Keberlanjutan penggunaan teknologi padi hibrida perlu dijamin dengan melakukan penelitian untuk mendapatkan varietas hibrida yang mempunyai sifat potensi hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit utama, dan mutu beras yang dapat diterima konsumen. Selain itu teknologi padi hibrida perlu didukung oleh teknik budidaya yang tepat dan teknik produksi benih yang efektif dan efisien

sehingga dapat menjamin kelangsungan penyediaan benih di tingkat petani.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Dapat kami simpulkan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi ( BBPTP) di Kec. Sukamandi, Kabupaten subang,atau terlatak di Jl raya 9 Sukamandi Subang, jabar, Sasaran utama dari program penelitian padi disini adalah guna menghasilkan bibit unggul dimana program utamanya merakit varietas padi hibrida yang adaptif terhadap kondisi lingkungan tumbuh di Indonesia dengan nilai heterosis daya hasil 20-25% lebih tinggi dibandingkan dengan varietas padi inbrida terbaik. Sesuai dengan ketersediaan plasma nutfah pembentuk padi hibrida.

Saat ini di Indonesia telah dilepas 31 varietas padi hibrida . enam di antaranya dirakit oleh BB Padi yaitu Maro, Rokan, Hipa3, Hipa4, Hipa5 Ceva, dan Hipa6 Jete. Dari aspek potensi hasil ke enam VUH tersebut secara nyata memberikan hasil gabah kering giling 1,0-1,5 t/ha atau 17-28% lebih tinggi dari IR64.

DAFTAR PUSTAKA

- http://uwityangyoyo.wordpress.com/

- http://BB.padi//sukamandi//wikipedia.com/

- http://padihibrida//com

tanggal akses: 27 Desember 2009 pukul 21.30 WIB.

Sumber lain : hasil wawancara dengan pemandu.